Pengertian fleksibilitas tak melulu tentang waktu kerja atau lokasi kerja.
Gagasan fleksibilitas bisa lebih luas lagi, yakni mendorong karyawan dapat lebih produktif kapan pun dan di mana pun mereka berada saat melakukan pekerjaan.
Biasanya, ruang lingkung fleksibilitas kerja terjadi pada budaya perusahaan yang memberikan kepercayaan penuh terhadap karyawannya. Karena upaya tersebut dapat mempertahankan karyawan terbaik dan menarik kandidat potensial.
Berikut ini, informasi tentang pengertian fleksibilitas beserta contoh implementasinya.
Pengertian Fleksibilitas Kerja
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, fleksibilitas memiliki empat arti yang berbeda. Berikut adalah arti kata fleksibilitas yaitu:
- Lentur.
- Mudah dibengkokkan.
- Luwes.
- Mudah dan cepat menyesuaikan diri.
Sementara itu, pengertian fleksibilitas kerja adalah memungkinkan perusahaan membuat pengaturan tentang kondisi kerja yang sesuai untuk karyawan.
Alhasil, gagasan ini membantu karyawan menjaga keseimbangan kerja dan/atau kehidupan pribadi sehingga mereka bisa meningkatkan produktivitas dan efisiensi bisnis. Pada akhirnya, fleksibilitas kerja mendukung pencapaian tujuan perusahaan.
Di sisi lain, fleksibilitas kerja mengakui keberadaan fleksibilitas karyawan dan work-life balance yang saling terkait.
Contoh dari pengertian fleksibilitas kerja yaitu menajamen percaya kepada karyawan untuk mengerjakan tugas mereka dalam struktur nontradisional. Manajemen juga menyediakan sumber daya yang diperlukan untuk memberdayakan karyawan agar bekerja secara fleksibel.
Fleksibilitas Kerja: Mengapa Perusahaan Enggan Menerapkannya?
Kenapa Fleksibilitas Kerja Penting Bagi Perusahaan?
Banyak karyawan yang harus memenuhi waktu kerja, seperti delapan jam kerja selama lima hari atau sembilan jam kerja untuk enam hari kerja dalam seminggu.
Itu hanya jam kerja. Belum termasuk waktu lembur dan tugas ke luar kota. Sering kali urusan pekerjaan membuat karyawan kurang memiliki kontrol terhadap diri sendiri.
Dampaknya, hal itu menyebabkan karyawan kelelahan, sakit, atau burnout. Jika kondisi tersebut diabaikan oleh perusahaan, Anda akan menjumpai penurunan produktivitas kerja.
Tentu, Anda tidak menginginkannya. Sudah saatnya, perusahaan perlu mempertimbangkan fleksibilitas kerja. Alasannya adalah:
#1 Karyawan lebih produktif
Fleksibilitas berperan penting dalam mendongkrak produktivitas karyawan. Sebut saja, sistem kerja jarak jauh memungkinkan karyawan bekerja dari rumah.
Mereka dapat menyalurkan waktu dan tenaga yang dihabiskan selama perjalanan menuju kantor untuk bekerja lebih awal. Opsi ini merupakan keuntungan yang benar-benar berharga.
Terlebih di tengah pandemi COVID-19, banyak orang menikmati kesempatan work from home (WFH) bersama orang yang dicintai, hewan peliharaan, atau menjalankan bisnis pribadi.
#2 Menambah moral karyawan
Karyawan cenderung memberikan kinerja terbaiknya kepada perusahaan yang memenuhi kebutuhan sekaligus mendukung sistem kerja yang fleksibel. Langkah ini menambah moral karyawan terhadap perusahaan.
#3 Mengembangkan kesejahteraan
Fleksibilitas dapat menjadi pendorong besar dalam meningkatkan kesejahteraan fisik dan mental pekerja.
Banyak tempat kerja beralih ke lingkungan fleksibel selama pandemi untuk meminimalkan eksposur. Ini bertujuan untuk melindungi keselamatan dan kesehatan karyawan serta menghadirkan kemungkinan baru tentang bagaimana dan di mana pekerjaan dilakukan.
#4 Tingkatkan retensi karyawan
Tempat kerja yang menawarkan lingkungan yang fleksibel sering kali memiliki tingkat ketidakhadiran dan pergantian yang rendah. Efeknya, fleksibilitas kerja menjadi penguat dalam meretensi karyawan.
#5 Mudah menarik pencari kerja
Pencari kerja cenderung memilih opsi perusahaan yang fleksibel. Karena itu mendukung work-life balance. Tanpanya, perusahaan agak sulit mendapatkan pencari kerja yang berpotensi.
Contoh Implementasi Fleksibilitas Kerja
Bekerja dengan waktu yang fleksibel memungkinkan perusahaan mencapai tujuannya. Baik dari sisi pencapaian bisnis, layanan pelanggan, hingga mendapatkan karyawan berkinerja tinggi.
Berikut ini adalah contoh implementasi fleksibilitas kerja:
Waktu kerja
Awalnya, pengertian fleksibilitas hanya berkutat tentang waktu kerja. Karena waktu kerja dapat diatur dengan mudah.
Jika selama ini waktu kerja ditetapkan mulai pukul 09.00-18.00, maka fleksibilitas waktu kerja dengan memperbolehkan karyawan:
- Memulai kerja di atas pukul 09.00, tetapi durasi kerja tetap delapan jam dan istirahat satu jam.
- Bekerja enam jam hari ini, tetapi keesokan harinya ia bekerja selama 10 jam.
Pengaturan ini mengharuskan karyawan memenuhi jam kerja tahunan dan disesuaikan dengan operasional perusahaan.
Memperpendek waktu kerja
Implementasi fleksibilitas kerja bisa berupa memperpendek waktu kerja. Misalnya, perusahaan membuat waktu kerja sembilan jam sehari selama empat hari atau 12 jam sehari selama tiga hari kerja.
Telecommuting
Pekerjaan jarak jauh maupun telecommuting bukan hanya untuk perusahaan teknologi atau pekerja di luar negeri.
Tak sedikit perusahaan yang menerapkan telecommuting pada hari “kejepit”, selama libur sekolah bagi karyawan yang ingin mengajak anak-anaknya berlibur, atau untuk karyawan yang sedang melanjutkan kuliah.
Memberikan karyawan telecommuting akan menunjukkan bahwa perusahaan peduli dengan work-life balance dan tetap mendukung produktivitas mereka.
Job sharing
Job sharing akan melibatkan dua atau lebih karyawan paruh waktu yang melakukan pekerjaan penuh waktu di antara mereka.
Misalnya karyawan A bekerja pada hari Senin-Rabu dan karyawan B bekerja pada hari Kamis dan Jumat, sedangkan tugas mereka pun dibagi.
Paid leave tanpa batas
“Membeli” cuti memungkinkan karyawan untuk meningkatkan hak cuti tahunan, meski mengurangi remunerasi pro rata. Misalnya, karyawan mengambil paid leave lebih dari 12 hari.
Bagaimana Mempromosikan Fleksibilitas Kerja?
Sekilas, penerapannya terkesan sangat mudah. Namun, pelaksanaannya bisa lebih rumit karena perusahaan perlu menggunakan peralatan kerja dan management tools yang mendukung fleksibilitas.
Untuk menjalankan fleksibilitas kerja, tim HR perlu mempromosikan agar proses tetap berjalan efektif.
Berikan dukungan kepada karyawan
Tak semua karyawan siap dengan sistem kerja fleksibel. Hal ini mengingat ada karyawan yang sangat menginginkan fleksibilitas, ada pula yang nyaman bekerja secara reguler.
Maka, tim HR wajib memberikan dukungan kepada karyawan maupun rekan kerja.
Dukungan berupa komunikasi terbuka dan menjelaskan kemungkinan yang akan mereka hadapi dalam menyelaraskan pekerjaan. Dorong pula manajer untuk lebih proaktif dan menjaga komunikasi kepada anggota timnya.
Contohnya, tim A membutuhkan kolaborasi dengan salah satu anggota tim B dalam pembahasan compliance. Jika tidak dikomunikasikan dengan jelas, ia enggan “menanggung” pekerjaan tim lain. Di sini diperlukan peran manajer untuk menjembatani kedua pihak.
Selaraskan dengan tujuan perusahaan
Dalam menjalankan pekerjaan, karyawan harus menyelaraskan dengan visi dan misi perusahaan. Karena pada akhirnya, mereka harus mendukung tujuan perusahaan.
Sebut saja, memenuhi tenggat waktu, berkolaborasi dengan tim lain, berpartisipasi dalam pertemuan virtual, memberikan pelayan terbaik bagi pelanggan, dan lainnya.
Evaluasi
Tim HR wajib melakukan evaluasi dengan menerima umpan balik dari rekan kerja secara berkala. Misalnya, umpan balik tentang durasi kerja, pengajuan cuti, atau kondisi lain yang belum diakomodir dalam fleksibilitas kerja.
Mengevaluasi dari umpan balik berkontribusi perbaikan sistem kerja Kemudian tim dapat mengimplementasikan kebijakan baru atau memperbaiki sistem kerja untuk memastikan operasi berjalan lancar.
Penutup
Kini, pengertian fleksibilitas meluas pada masa depan tenaga kerja dan lingkungan kerja yang mudah menyesuaikan diri terhadap perubahan.
Penerapan fleksibilitas di tempat kerja tak lepas dari kendali perusahaan untuk memastikan aktivitas bisnis berjalan secara efektif sekaligus mempraktikkan work-life balance.