Pandemi COVID-19 membuat employee wellbeing menjadi agenda utama bisnis.
Saat pandemi, perusahaan berperan untuk melindungi kesejahteraan karyawan sekaligus memastikan operasional bisnis agar tetap berjalan lancar.
Perusahaan yang menerapkan strategi employee wellbeing berupaya memberikan penghargaan kepada asetnya untuk mendukung kehidupan mereka lebih bahagia dan berkontribusi lebih baik lagi.
Memahami Employee Wellbeing
Definisi
Employee wellbeing atau kesejahteraan karyawan merupakan pemahaman tentang kondisi karyawan dari perspektif holistik, mulai dari kesehatan fisik, kognisi, mental, serta lingkungan kerja, yang berpengaruh terhadap kesehatan dan kebahagiaan mereka secara keseluruhan.
International Labour Organization (ILO) menyebutkan employee wellbeing adalah faktor kunci untuk menentukan efektivitas organisasi untuk jangka panjang. Banyak penelitian menunjukkan hubungan langsung antara tingkat produktivitas dengan kesehatan dan kesejahteraan tenaga kerja.
Manfaat
Karyawan bukan sekadar pekerja yang melakukan tugas sehari-hari. Mereka adalah aset sekaligus investasi perusahaan. Sebagaimana layaknya investasi, karyawan mampu mendatangkan keuntungan kepada perusahaan.
Adapun manfaat bagi perusahaan yang memperhatikan kesejahteraan karyawan adalah:
- Karyawan mampu mengembangkan potensinya
- Mereka dapat mengatasi stres lebih baik
- Mereka bisa lebih produktif dan kreatif
- Memiliki hubungan positif dengan sesama karyawan
- Memberikan kontribusi berguna kepada perusahaan
Hal senada juga dikatakan oleh Chartered Institute of Personnel and Development (CIPD), perusahaan yang berinvestasi dalam employee wellbeing dapat meningkatkan ketahanan, keterlibatan karyawan lebih baik, mengurangi ketidakhadiran karena sakit, serta kinerja dan produktivitas lebih tinggi.
Faktor yang memengaruhi
Ada dua faktor yang memengaruhi employee wellbeing, yakni karyawan dan perusahaan atau kondisi pekerjaan.
Faktor karyawan:
- Karakteristik individu
- Kondisi keluarga
- Lingkungan rumah
Faktor perusahaan atau pekerjaan:
- Beban kerja (tanggung jawab, kendali, berbagi tugas, dan lainnya)
- Gaya kepemimpinan
- Budaya organisasi
- Pelatihan dan dukungan
- Kebijakan manajemen (promosi jabatan, ketegasan peraturan, transparansi penilaian kinerja, dan lainnya)
5 Pilar Employee Wellbeing
Dalam penelitian MetLife, Redesigning the Employee Experience: Preparing the Workforce for a Transformed World, menemukan bahwa 74% responden mengatakan kesejahteraan karyawan akan berdampak terbesar terhadap masa depan perusahaan.
Oleh karena itu, ada baiknya bila perusahaan meluangkan waktu untuk mengevaluasi kembali bagaimana mereka menerapkan inisiatif kesejahteraan karyawan. Tujuannya adalah mengembalikan produktivitas, meminimalisir stres, dan meningkatkan keterlibatan mereka.
Pada umumnya, employee wellbeing memiliki lima pilar, yakni fisik, mental, keuangan, sosial, dan rekreasi. Sebuah perusahaan tak harus menerapkan kelimanya, mengingat kebutuhan karyawan dan tujuan organisasi berbeda-beda.
#1 Physical wellbeing
Seseorang harus berupaya agar fisiknya sehat. Misalnya, rutin berolahraga, mengonsumsi makanan gizi seimbang, mengelola stres, dan cukup beristirahat.
Berkaitan dengan employee wellbeing, perusahaan dapat memfasilitasi karyawan dengan menyediakan alat kebugaran, mendatangkan pelatih olahraga, memberikan paket makan siang yang bergizi, atau melakukan medical check up setahun sekali.
#2 Mental wellbeing
Kesehatan mental merupakan komponen kunci dari kesejahteraan secara holistik. Meskipun tak sedikit yang mengesampingkannya.
Penelitian MetLife memperlihatkan bahwa lebih dari separuh pekerja saat ini mengkhawatirkan kesehatan mental mereka. Kekhawatiran paling umum terjadi pada pekerja kulit hitam dan latin sebesar 68% serta gen z sebanyak 73%
Di sisi lain, karyawan semakin terbuka untuk mendiskusikan kesehatan mental dengan rekan kerjanya. Mereka menjadi lebih berani mengungkapkan perasaannya, seperti sedang marah, kecewa, cemas, atau mengarah ke depresi.
Dari hal itu, perusahaan dapat memberikan layanan psikologi, waktu kerja yang fleksibel, mengadakan mindfulness workshop, atau mempersilakan mereka untuk mengambil cuti.
#3 Financial wellbeing
Memang, uang bukan segalanya. Namun, finansial menjadi penopang kesejahteraan seseorang.
Masih dari MetLife, lebih dari separuh gen x, milenial, dan gen z mengkhawatirkan kesehatan finansial mereka. Sedangkan baby boomer yang khawatir soal keuangan hanya 37%.
Artinya, perusahaan perlu mendukung financial wellbeing karyawan agar mereka memiliki ketenangan pikiran terhadap kondisi keuangan. Misalnya, memberikan asuransi jiwa, mengadakan kelas pengelolaan keuangan secara rutin, menawarkan program pensiun, atau lokakarya memilih instrumen investasi.
#4 Social wellbeing
Social wellbeing atau community wellbeing menjadi perhatian sejak pandemi berlangsung, karena tak sedikit dari karyawan yang merasa terasing.
Tim HR dan manajemen perlu memiliki program terkait pilar ini, seperti memberikan pujian atas kinerja mereka, membesarkan hati karyawan yang tidak mencapai target, merayakan keberhasilan anggota tim, dan menghargai setiap pencapaian mereka.
#5 Leisure wellbeing
Leisure wellbeing atau lifestyle wellbeing mengacu pada kegiatan rekreasi dan aktivitas menyenangkan.
Melakukan kegiatan yang menyenangkan dapat menyeimbangkan kehidupan pribadi dan pekerjaan hingga meningkatkan produktivitas. Perusahaan dapat memberikan dukungan ini dengan memfasilitasi karyawan berupa brainstorm room, klub hobi, dan piknik tim secara berkala.
Langkah Penerapan Employee Wellbeing
Setiap perubahan atau penerapan program baru di perusahaan, tim HR dan manajemen memerlukan waktu untuk merealisasikannya. Untuk menyelaraskan program employee wellbeing, berikut ini langkah penerapannya:
1) Mengadakan survei
Untuk memberikan program terbaik, tim HR terlebih dahulu memahami kebutuhan, kekhawatiran, hingga keterampilan karyawan melalui survei. Jadi, program akan berguna dan berdampak terhadap mereka.
2) Membuat program
Tim HR dapat menggunakan hasil survei karyawan untuk pembuatan program. Sebarkan program kepada karyawan dan katakan manfaat mengikuti program tersebut.
3) Mendorong keterlibatan karyawan
Saat karyawan telah mengikuti program, tanyakan pendapatnya, seperti bagaimana proses, apa kelebihan dan kekurangan, dan masukan terhadap program.
Jika karyawan memiliki ide dalam employee wellbeing, tak ada salahnya untuk mendiskusikannya dan membuat program baru. Melibatkan karyawan di setiap program dapat meningkatkan rasa memiliki karyawan terhadap pekerjaan maupun perusahaan.
4) Reviu
Lakukan reviu setelah program selesai. Mulai dari reviu peserta, mentor atau pelatih, hingga administratif yang membandingkan performa sebelum dan sesudah program. Hal itu membantu tim HR untuk mengembangkan program employee wellbeing lebih baik lagi ke depannya.
Selalu Meninjau Ulang
Dengan menerapkan employee wellbeing, perusahaan akan memperoleh karyawan yang sehat secara fisik dan psikis, sehingga produktivitas mereka meningkat.
Namun, tim HR perlu meninjau ulang proses program employee wellbeing secara berkala.
Analisis pula kinerja karyawan sejak menjalani program kesejahteraan. Misalnya, jumlah izin sakit, total uang klaim kesehatan yang harus dibayar, atau karyawan yang mencapai target.